PENANDA, PERTANDA, DAN MAKNA DALAM SEBUAH SEMIOTIKA
Semiotika menurut pendapat pribadi saya bisa diartikan
sebagai metode dalam mengkaji sesuatu dengan memperhatikan tanda-tandanya. Mengkaji
dengan semiotika bisa dengan memperhatikan sebuah tanda yang terdapat pada bahasa
ataupun visual. Semiotika bekerja dengan cara memecah isi dari sebuah teks menjadi
beberapa bagian lalu menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas.
Dari tanda yang kita analisa bisa terdiri dari sebuah penanda, pertanda, dan
juga makna dari sebuah pertanda.
Semiotika juga bisa digunakan dalam mengkaji pengalaman yang
kita alami loh! Bagaimana sih caranya? Saya akan contohkan cara penggunaan
semiotika dalam mengkaji pengalaman pribadi saya.
Pengalaman yang pertama adalah ketika saya masih kecil dan Ibu
saya selalu melarang saya membeli mainan yang bisa dibilang mahal dan di luar
kemampuan Ibu saya saat itu. Saya bisa menyimpulkan bahwa penanda dari
pengalaman tersebut adalah sikap dari Ibu saya, sedangkan untuk pertandanya
adalah kebijakan Ibu saya yang melarang saya membeli mainan mahal, untuk
maknanya sendiri bisa saya simpulkan bahwa sebenarnya Ibu saya ingin mendidik
saya agar tidak boros dan manja serta lebih dewasa jika ingin membeli sesuatu
maka harus menabung terlebih dahulu.
Pengalaman yang kedua adalah ketika saya selalu merengek untuk
dibelikan permen namun Orang Tua saya selalu bilang untuk membeli makanan yang
lainnya saja. Dari pengalaman yang kedua ini penandanya adalah sikap kedua Orang
Tua saya, lalu pertandanya adalah mereka yang menganjurkan untuk membeli
makanan yang lainnya daripada permen, sedangkan makna dari pertandanya adalah Orang
Tua saya tidak ingin gigi saya rusak dan akhirnya saya sakit gigi atau mungkin Orang
Tua saya ingin saya sebagai anak mereka memakan makanan yang lebih sehat dan
juga bergizi.
Pengalaman yang terakhir terjadi ketika saya duduk di bangku
SMP, di mana ada kebijakan dari pihak sekolah bahwa setiap hari jumat seluruh
siswa laki-laki yang beragama islam wajib melaksanakan sholat jumat berjamaah
di mushola sekolah. Pada pengalaman ini saya menyimpulkan bahwa penandanya
adalah kebijakan dari pihak sekolah agar siswa laki-laki melaksanakan kewajiban
sholat jumat berjamaah di sekolah, sedangkan pertandanya adalah kebijakan yang dilakukan
oleh para siswa laki-laki, lalu makna dari pertanda tersebut adalah bahwa
kebijakan sekolah saya menimbulkan rasa bertanggung jawab para siswa laki-laki
muslim untuk menunaikan ibadah sholat jumat tepat waktu di sekolah.
Dari ketiga pengalaman yang sudah saya share kalian sudah
paham kan cara mengkajinya menggunakan semiotika? Atau masih bingung nih? Kalau
masih bingung kalian bisa kok coba menentukan penanda,pertanda, dan makna
dengan pengalaman pribadi kalian sendiri dan mungkin juga bisa kalian share di
kolom komentar. ^^
Komentar
Posting Komentar